KONDISI FASILITAS FISIK PEJALAN KAKI DI INDONESIA

Nadia Khaira Ardi

Dosen Prodi Teknik Sipil – Fakultas Teknik UNRIKA Batam

NADIA1Pendahuluan
Banyak keluarga merasa lebih baik jika masyarakat mereka memiliki sebuah sistem transportasi yang efisien dan seimbang dengan layanan angkutan umum, bersepeda dan jalan kaki berkualitas baik, daripada jika masyarakat mereka tergantung pada mobil, yang mengharuskan setiap keluarga menanggung ongkos kepemilikan sebuah mobil, mendanai pembangunan jalan dan fasilitas parkir, menghadapi kemacetan lalu lintas dan menanggung biaya tinggi kecelakaan lalu lintas.

Praktek perencanaan konvensional memungkinkan lalu lintas mobil mendominasi ruang jalan kota. Walaupun dalam teorinya motoris dan non-motoris memiliki hak yang sama untuk menggunakan jalan umum, lalu lintas kendaraan bermotor mendorong keluar pengguna lainnya karena bahaya dan ukurannya yang lebih besar serta kecepatannya yang lebih tinggi. Mobil menggunakan 10 sampai 50 kali ruang per penumpang dibanding moda lain dan ia membahayakan keselamatan para pejalan kaki dan pengguna sepeda.

Manajemen yang lebih efisien memberikan prioritas untuk moda yang membutuhkan lebih sedikit ruang per penumpang-kilometer, dan terutama pada perjalanan bernilai tinggi seperti transportasi darat dan angkutan barang. Semua orang berhak atas sistem transportasi yang lebih aman, lebih efisien, lebih terjangkau, lebih bersih, lebih sehat dan lebih ramah (The Sustran Network, 2002). Berjalan kaki juga merupakan perekat bagi sistem trasportasi. Setiap perjalanan pasti termasuk berjalan kaki.

Kebutuhan ruang untuk pejalan dan ruang terbuka untuk aktivitas sirkulasi, rekreasi dan sosial di perkotaan semakin meningkat, tetapi secara jumlah/luasan semakin menurun dengan bertambahnya investasi dalam bentuk bangunan (M. Tri Hesti M, 1999).